Potensi ancaman dari Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) Papua makin meningkat. Beberapa hari lalu, tiga prajurit TNI gugur diberondong peluru pasukan yang biasa dikenal Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu.
Karena itu, untuk mengamankan kondisi di Papua, TNI mengirim 600 pasukan tambahan. Mereka akan ditugaskan untuk menjaga pembangunan jalan Trans Papua dari Wamena sampai Mumugu.
Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menjelaskan, pasukan tambahan tiba di Timika pada Sabtu (9/3). Namun, mereka belum bisa digerakkan ke lokasi pembangunan jalan Trans Papua.
”Kita masih melihat pasang surut situasi,” ungkap dia saat diwawancarai Jawa Pos.
Situasi yang dimaksud Aidi adalah menyangkut kondisi cuaca. Dia menyampaikan, pihaknya tidak bisa memaksakan diri mengirim pasukan dengan cuaca di Timika saat ini. Sebab, medan yang mereka lalui berat.
"Rencananya dari Timika pasukan tambahan berjumlah 600 personel dikirim ke Nduga lewat Asmat. Mereka akan lewat sungai sampai Nduga. Setelah itu melalui perjalanan darat ke lokasi pembangunan jalan Trans Papua," terangnya.
Data yang dia miliki menyebutkan ada sekitar 21 jembatan yang harus diawasi oleh prajurit TNI. Semuanya berada di jalan Trans Papua yang membentang dari Wamena sampai Mumugu.
Apabila kondisi cuaca sudah memungkinkan, Aidi mengungkapkan bahwa 600 prajurit itu akan mulai digerakkan Senin (11/3). ”Perjalanan bisa tiga hari,” beber Aidi.
Lebih lanjut Aidi juga meminta kepada seluruh prajurit tersebut, Kodam XVII/Cendrawasih sudah meminta agar mereka lebih waspada. Mengingat potensi ancaman masih ada. Meski sebagian besar wilayah Nduga sudah dikuasi oleh TNI dan Polri. Namun KKSB masih kerap melancarkan aksi.
Terakhir mereka baku tembak dengan Satgas Penegakan Hukum yang sedang membuka jalan untuk ratusan pasukan tambahan masuk ke Nduga. Dalam baku tembak tersebut, tiga anggota TNI AD gugur.
Sedangkan dari pihak KKSB, Aidi menyebut ada tujuh sampai sepuluh anggota KKSB meninggal dunia. Mengingat potensi ancaman yang masih ada, pasukan tambahan yang sudah berada di Timika di minta ekstra waspada.
Sementara Juru Bicara TPNPB – OPM Sebby Sambom menuturkan, pernyataan pemerintah Indonesia bahwa ada 10 anggota TPNPB – OPM yang meninggal dunia dan merampas tujuh pucuk senjata tidaklah benar.
Dia mengklaim, senjata yang dipakai TPNPB – OPM justru bertambah empat pucuk. Karena mendapat rampasan dari TNI. ”Itu yang terjadi,” ujar Sebby dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, perang gerilya yang dilakukan akan terus terjadi. Kecuali, pemerintah Indonesia mau berunding dengan di tengah Persatuan Bangsa - Bangsa (PBB).
Sumber : jawapos