Cari Blog Ini

PRAJURIT TNI TIMBUL TENGGELAM BERSAMA NEGARA

Jika diperhatikan, adagium diatas bukan sekedar rangkaian kalimat biasa. Melainkan suatu kalimat yang terbentuk karena situasi dan kondisi saat itu sebagai pengingat kepada seluruh prajurit TNI jika ingin negara Indonesia tetap ada maka prajurit TNI harus mati-matian memperjuangkannya.

Adagium tersebut muncul Tahun 1946 oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dimana saat itu bangsa Indonesia belum genap satu tahun terlepas dari penjajahan.

Sudirman sadar bahwa paska Indonesia menyatakan kemerdekaannya, penjajah tidak akan melepas Indonesia begitu saja sehingga dengan segala cara Sudirman akan mempersiapkan angkatan bersenjatanya untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk seperti agresi militer.

Bagi Sudirman kalah persenjataan bukan berarti kalah segalanya dan Sudirman tahu pondasi kuat lemahnya suatu negara terletak pada angkatan bersenjata yang dipimpinnya. Sehingga disetiap pidatonya Sudirman selalu mengingatkan jika TNI akan selalu timbul tenggelam bersama negara yang berarti hancurnya sebuah angkatan bersenjata akan diikuti dengan hancurnya negara.





Sinergitas, soliditas tanpa batas Patroli Motor Gabungan Kodim 0508/Depok Bersama Polresta Depok Antisipasi malam pergantian tahun 😇

@puspentni
@tni_angkatan_darat
@pendamjaya

Repost 💻 @francisko_xl

BAPAKKU TENTARA





INDONESIA PERNAH SEPERTI PALESTINA SAAT DIBAWAH PENJAJAHAN BELANDA

Apa yang dirasakan oleh rakyat Palestina sekarang tidak jauh beda dengan yang dirasakan rakyat Indonesia dimasa penjajahan Belanda. Saat itu pemerintah Indonesia dipaksa menyepakati perjanjian Renville diatas dek kapal perang milik Amerika USS Renville yang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta.

Perjanjian Renville merupakan perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948.

Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Divisi ini mendapatkan julukan Pasukan Hijrah oleh masyarakat Kota Yogyakarta yang menyambut kedatangan mereka.

Perjanjian Renville ini menyebabkan kedudukan Republik Indonesia semakin tersudut dan daerahnya semakin sempit. Hal ini merupakan akibat dari diakuinya garis Van Mook sebagai garis perbatasan baru hasil Agresi Militer Belanda I. Sementara itu, kedudukan Belanda semakin bertambah kuat dengan terbentuknya negara-negara boneka.

Panglima Besar Jenderal Soedirman sangat kecewa dan mengatakan wilayah Indonesia tinggal sebesar daun "kelor" karena saking kecilnya (Jateng, DIY dan Sumatera). Keadaan Indonesia semakin diperparah dengan munculnya pemberontakan PKI dibawah pimpinan Muso yang ingin mendirikan negara komunis Republik Indonesia Soviet. Sehingga mau tidak mau TNI dan rakyat harus menghadapi dua kekuatan musuh sekaligus yaitu Belanda dan PKI Muso.

Tidak ingin Indonesia hilang dari peta dunia maka Pangsar Soedirman kembali menyusun kekuatan dan membuka serangan umum besar-besaran terhadap agresi Belanda setelah sebelumnya menghancurkan PKI Muso terlebih dulu.

Itulah pengalaman bangsa Indonesia ketika nyaris kehilangan negaranya dimasa penjajahan Belanda. Dan dengan perlawanan yang gigih baik melalui gerakan bersenjata dan politik akhirnya Indonesia selamat dari kehancuran.

Caption : @liputankhusus
Repost  : @francisko_xl

Amanah Anggota Kehormatan KB FKPPI Presiden RI H. Ir Joko Widodo Dalam Apel Kebangsaan Bela Negara KB FKPPI. Monas, Sabtu, 09 Desember 2017