Jika diperhatikan, adagium diatas bukan sekedar rangkaian kalimat biasa. Melainkan suatu kalimat yang terbentuk karena situasi dan kondisi saat itu sebagai pengingat kepada seluruh prajurit TNI jika ingin negara Indonesia tetap ada maka prajurit TNI harus mati-matian memperjuangkannya.
Adagium tersebut muncul Tahun 1946 oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dimana saat itu bangsa Indonesia belum genap satu tahun terlepas dari penjajahan.
Sudirman sadar bahwa paska Indonesia menyatakan kemerdekaannya, penjajah tidak akan melepas Indonesia begitu saja sehingga dengan segala cara Sudirman akan mempersiapkan angkatan bersenjatanya untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk seperti agresi militer.
Bagi Sudirman kalah persenjataan bukan berarti kalah segalanya dan Sudirman tahu pondasi kuat lemahnya suatu negara terletak pada angkatan bersenjata yang dipimpinnya. Sehingga disetiap pidatonya Sudirman selalu mengingatkan jika TNI akan selalu timbul tenggelam bersama negara yang berarti hancurnya sebuah angkatan bersenjata akan diikuti dengan hancurnya negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar