Kivlan Zen terang-terangan menuding Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan sebagai perwakilan pemerintah yang ikut memfasilitasi kebangkitan PKI.
Kivlan juga menuduh Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo “Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 melalui Pendekatan Kesejarahan” melakukan hal yang sama.
“Ada yang memfasilitasi (kebangkitan PKI), Menko Polhukam sama Agus Widjojo,” kata Kivlan di sela-sela acara Simposium Nasional ‘Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain’ yang digelar di Balai Kartini, Jakarta Selatan.
Kivlan bahkan menyebut kegiatan para kader dan simpatisan PKI telah menyusup ke lembaga negara. Beberapa di antaranya, kata Kivlan, kini telah menjadi anggota DPR dan bergabung dengan partai berkuasa.
“Anak PKI, Ribka Tjiptaning, dia tetap menjadi anggota DPR. Dia terang-terangan bangga sebagai anak PKI masuk DPR,” kata mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat ABRI itu. Dia menuding PDI Perjuangan sebagai partai yang ikut memfasilitasi kegiatan PKI selama ini. “PDIP, jelas dia,” kata Kivlan. Berikut wawancara selengkapnya:
Nggak takut tuding-tuding Budiman Sudjatmiko dan Ribka Tjiptaning PKI?
Nggak takut. Ngapain takut, orang mereka sudah menunjukkan eksistensinya kok.
Menurut Anda, siapa yang menyokong mereka, sehingga mereka berani menunjukkan eksistensinya?
Di balik itu pasti ada kekuatanlah. Siapa yang menyokong itu, bisa birokrat.
Birokrat itu termasuk pemegang kekuasaan?
Kekuasaan, DPR, bisa dari orang-orang partai gitu toh. Sekarang Hansip sudah dibubarkan, sekarang di dalam buku-buku mereka bubarkan Babinsa, Koramil sampai Kodim. Kaki dan tangan sudah dipotong, sekarang mata dan telinga juga mau dipotong. Kalau mereka siap perang kita juga siap perang, sebelum mereka mulai, kita pukul duluan. Kalau mereka yang nyerang duluan, kita hantam. Kekuatan kita cukup.
Ini perang PKI apa akan seperti masa lalu?
Seperti masa lalu lah.
Pakai kekerasan lagi?
Ya pakai kekerasan. Doktrin mereka yang baru, hasil kongres ini menyebutkan agitasi, propaganda, teror, fitnah, memutarbalikkan fakta, masih tetap kok.
Kok bisa PKI masuk ke kekuasaan?
Ya sudah dihapus kok mereka. Nggak ada lagi larangan.
Ke depan apa ada rencana agar PKI dan pengikutnya dilarang masuk kekuasaan?
Ya nggak perlulah. Masak kita larang, orang kita sudah memaafkan mereka kok. Tapi jangan pula mereka (ambil) kesempatan karena nggak dilarang langsung mengambil kekuasaan.
Kenapa sih khawatir sekali dengan PKI?
Karena kalau mereka berkuasa, kemudian mengambil langkah-langkah untuk meng-komuniskan Indonesia, ya perang. Perang saudara. Ribka Tjiptaning dua minggu yang lalu ngomong di DPR: Kami pengikut PKI 15 juta orang siap bergerak. Belum lagi pendukung, anak, dan cucu-cucunya. Dia sudah ngomong, apalagi. Berarti mereka siap perang.
Ada yang mengatakan komunisme tidak bisa dihapus. Selama masih ada kesenjangan ekonomi atau kemiskinan, komunisme tetap akan menjadi alternatif pilihan?
Makanya jangan miskinlah. Untuk nggak miskin itu maka perkuat ekonomi kita. Islam kan juga memperhatikan kaum dhuafa, dan orang miskin, dalam Islam memperhatikan. Ada ayatnya itu: Ara aytalladzi yuka dzibu biddin, fadza likalladzi yad’ul yatim, wala yuhuddu ‘ala ta’amil miskin, iya kan. Bukan hanya Islam, Pancasila juga memperhatikan kaum miskin.
Tapi ada yang berpendapat komunisme itu lawan kapitalisme, agar tidak ada kesenjangan ekonomi. Apa itu salah?
Nggak, lho komunisme itu kan kawannya kapitalisme. Ideologi komunis, ekonominya kapitalis sekarang. Jadi komunis itu merangkap kapitalis. Jadi berbahaya, dua-duanya. Lebih berbahaya lagi.
Barangkali simposium tandingan ini adalah phobia atau ketakutan para jenderal terhadap apa yang dilakukan di masa lalu?
Lho, mereka juga jenderal yang mendukung kok. Sama-sama jenderal.
Jadi bukan phobia?
Bukan phobia.
Jadi apa dong?
Waspada. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar