Cari Blog Ini

Bambang Tri Sesumbar Didukung TNI, Tuduh Polisi Belajar Komunis

Jakarta - Bambang Tri Mulyono, penulis buku bernuansa fitnah "Jokowi Undercover" yang telah ditangkap polisi, mengaku mendapat dukungan penuh dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), dalam rangkaian statusnya di Facebook.

Selain itu, pria yang tinggal di Blora, Jawa Tengah itu juga menuduh ada personel polisi yang dikirim ke Tiongkok untuk belajar komunisme.

Hari Sabtu (31/12), Markas Besar Polri membenarkan bahwa Bambang telah ditangkap karena tulisan yang menyebarkan kebencian dan permusuhan, dan karena melancarkan tuduhan-tuduhan kepada orang lain semata-mata berdasarkan persepsi pribadi tanpa bukti otentik.

Bambang dalam bukunya menuduh Presiden Joko Widodo (Jokowi) keturunan pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI), namun jangan berharap ada analisis ilmiah atau bukti-bukti otentik yang mendukung pernyataannya itu.

Dia hanya menampilkan sejumlah foto editan, dan editannya pun sangat amatir, hanya menempelkan lingkaran atau tanda highlight lainnya, tak ada bedanya dengan unggahan-unggahan fitnah yang banyak beredar di media sosial belakangan ini.

Dengan foto-foto itu dia menganalisis jempol yang bengkok atau lurus, bentuk hidung, dan sebagainya. Namun begitu, dia lalu dengan berani menyimpulkan bahwa orangtua Jokowi yang sebenarnya adalah pengikut PKI.

Bukan itu saja, dalam status di Facebook yang diunggah 24 Desember lalu, Bambang Tri berani menuduh ada elemen Polri yang belajar komunisme.
"Polda Jateng kasih bocoran ... Polisi ada yang dikirim ke China belajar Komunisme," tulisnya.

Setelah itu, pada hari yang sama, dia sesumbar didukung TNI dan sebagian anggota Polri.
"Polisi terbelah ... dukung BT atau Joki ... TNI kompak BT!" tulisnya. Tak jelas apakah Joki yang dia maksud adalah Presiden Jokowi.

Selain keberaniannya mengumbar tulisan bernada fitnah ini, Bambang Tri juga berani mengungkap identitas dirinya.
Dia mengunggah video dirinya sendiri yang mengatakan: "Saya Bambang Tri Mulyono penulis buku Jokowi Undercover. 

Saya menganggap bahwa kegiatan saya menulis ini adalah kegiatan bela negara karena saya tidak rela lembaga kepresidenan dilecehkan oleh seorang yang bernama Jokowi, yang sangat patut diduga kuat telah memalsukan riwayat hidupnya di dokumen resmi KPU ketika dia mencalonkan diri menjadi presiden."

Buku itu memang sudah cukup lama diterbitkan, pada masa pemilihan presiden 2014 lalu, namun baru mengemuka setelah adanya laporan dari seseorang bernama Michael Bimo yang namanya disebut dalam buku Bambang.


Selain itu Polri belakangan ini juga makin gencar memerangi penyebaran berita-berita fitnah baik cetak maupun kewat media digital.

Heru Andriyanto/HA

Tidak ada komentar: