Cari Blog Ini

Danrem 143/HO: Tanda kebangkitan komunis sudah jelas tapi dipandang mengada-ada, ini tidak main-main

POSMETRO INFO - Komandan Korem 143/Halu Oleo Kolonel Czi. Rido Hermawan menghimbau kepada seluruh jajaran TNI khususnya TNI Angkatan Darat di wilayah Sultra  agar  tetap meningkatkan kewaspadaan dan memantau perkembangan situasi wilayah terkait dengan maraknya penyebaran faham dan atribut PKI di beberapa daerah akhir-akhir ini. “Sejarah membuktikan bahwa setiap ada yang merongrong keberadaan pancasila maka TNI adalah elemen terdepan yang selalu tegak mengayomi dan melindungi pancasila dari setiap rongrongan dan ancaman dari pihak manapun, TNI akan selalu menjadi Garda terdepan untuk memberantas dan menghancurkan siapapun yang berusaha untuk merongrong, mengganggu, melemahkan dan mengganti ideologi pancasila dengan ideologi lain”. Kata Rido usai melaksanakan upacara bendera, di Makorem 143/HO.
Dikatakannya  maraknya kemunculan simbol-simbol yang melambangkan partai komunis di beberapa daerah dan di dunia maya akhir-akhir ini perlu diwaspadai sebagai bangkitnya kembali faham komunisme di Indonesia.  “Tanda-tanda kebangkitan komunisme sudah semakin jelas dengan adanya beberapa kegiatan yang berupaya mengaburkan sejarah bangsa Indonesia yang pernah mengalami masa kelam dengan partai Komunis Indonesia” ujarnya lagi.
Lanjut Rido, kegiatan seperti Festival Belok Kiri, Film Senyap dan Jagal yang membela PKI, Festival Sastra yang menyanyikan lagu genjer genjer, munculnya petisi penghancuran Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya  oleh Shinta Miranda anak Gerwani,  munculnya simbol-simbol partai komunis di beberapa daerah di Indonesia seperti di Pamekasan, Jember, Payakumbuh, Salatiga, dan Jakarta serta daerah-daerah lain beberapa waktu yang lalu patut untuk kita cermati dan waspadai sebagai bagian dari tahap sosialisasi yang dilakukan oleh sisa-sisa pendukung PKI di Indonesia yang masih hidup dan ingin kembali lagi seperti zaman Orde lama dahulu. “Bahkan di Kendari ada juga yang menggunakan baju kaos yang berlambang Palu dan Arit yang kini masih didalami oleh Polres Kendari” kata Mantan Danpusdikzi tersebut.
Lebih jauh Rido mengatakan sebenarnya TNI AD telah memberikan peringatan tentang adanya bahaya laten komunis pada tahun-tahun yang lalu, namun ditanggapi secara dingin bahkan sinis oleh beberapa pihak. Hal ini mungkin akibat mudahnya Pemerintah Orde Baru memberikan “CAP KOMUNIS” atau “PKI” terhadap tokoh atau kelompok radikal pada masa lalu. Apalagi yang dianggap menentang pemerintah, maka setiap peringatan atau perbincangan tentang adanya bahaya laten komunis selalu ditanggapi dengan sikap “sinis” bahkan dipandang “mengada-ada”, atau mencari “kambing hitam” dianggap sebagai dalih saja untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap suatu masalah yang sedang menjadi sorotan publik/masyarakat.  “Padahal ikhwal bahaya laten komunis tidaklah main-main karena sebagai ideologi, komunisme tidak akan pernah mati, paling-paling hanya tidur atau sekarat tapi tidak akan mati” tegas Danrem mengutip pernyataan Prof. Geoffrey B. Bainsworth.
Ditambahkannya disamping suatu ideologi yang tidak akan pernah mati,  komunisme  juga merupakan gerakan internasional yang menggunakan dua wajah yakni legal dan illegal serta sangat lihai melakukan  pergerakan di bawah tanah. “Dalam mencapai tujuannya, komunis menggunakan cara kekerasan dan menghalalkan segala cara dan mahir dalam taktik dan sistem pendidikan kader di dalam dan luar negeri, sehingga mahir pula memanfaatkan orang lain. Orang lain yang mudah dimanfatkan inilah yang dalam terminologi komunis disebut orang-orang tolol berguna” sebut Rido.
Menurutnya komunisme masih tetap dan akan terus merupakan bahaya laten  sebab berdasarkan fakta yang ada sekarang ini PKI masih punya banyak kader. Sekalipun secara fisik sudah mati namun secara ideologi tak akan pernah mati, karena memiliki kaki untuk berjalan kemana-mana. “Dengan demikian, komunisme adalah ibarat ilalang setiap kali dibabat akan tumbuh lagi, sehingga perlu dibabat sampai ke akar-akarnya”  pungkas Magister Manajemen Pertahanan UGM itu.

Tidak ada komentar: