Jakarta – Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono menghadiri acara doa bersama memperingati hari pemberontakan kelompok komunis, G30S/PKI. Dalam kesempatan tersebut, Mulyono mengingatkan semua pihak untuk waspada.
“Kebangkitan ideologi komunis makin terlihat nyata, ada kelompok yang ingin memutar fakta sejarah seolah mereka adalah korban,” ujar Mulyono.
Hal tersebut diungkapkan KSAD kepada tamu yang hadir di lokasi acara peringatan G30S/PKI di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jaktim, Rabu (30/9/2015). Ia pun juga mengingatkan bahwa komunis sebagai sebuah ideologi tidak akan pernah padam.
“Komunis akan bermetamorfosa menjadi bentuk baru, gerakannya makin sulit dikenali dan menyusup ke berbagai lini tanpa disadari,” kata Mulyono.
Dipilihnya Lubang Buaya sebagai lokasi peringatan G30S/PKI menurut Mulyono karena tempat ini menjadi salah satu bukti sejarah peristiwa berdarah itu. Tujuh perwira TNI ditemukan wafat di sumur tua yang berada di Lubang Buaya.
“Sebagai generasi penerus, kami harus pahami peristiwa 30 September yang dikenal pemberontakan 30S/PKI merupakan fakta sejarah yang tak terbantahkan pemberontakan kelompok berideologi komunis terhadap pemerintah negara,” jelas Mulyono.
“Peristiwa sejarah terjadi di sini di mana pahlawan revolusi ditemukan gugur dalam sumur tua di sini. untuk itu kita hadir di sini untuk mengenang dan memanjatkan doa sekaligus saya ingin mengajak merenungi untuk menggugah kewaspadaan agar peristiwa itu tidak terulang lagi,” sambung jenderal bintang 4 itu.
Untuk menghindari ideologi komunis kembali berkembang di Indonesia, masyarakat diajak untuk berpegangan pada 4 pilar kebangsaan. Hal tersebut agar faham tersebut tidak dapat mempengaruhi dan berdampak yang tidak baik bagi bangsa dan negara.
“Saya ingin meneguhkan pemahaman melalui empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Keempatnya harus dipelihara,” tegas Mulyono.
Hadir dalam acara doa bersama ini sejumlah tokoh penting. Di antaranya Pangdam Jaya Mayjen TNI Teddy Lhaksmana dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian. Selain itu juga ada keluarga dari para pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI. Salah satunya adalah putri dari Jenderal Ahmad Yani, Amelia Yani.
“Keluarga saya ada yang tidak bisa menerima karena kekejaman sudah sangat tergambar dan terlihat. Dulu ayah saya dituduh PKI sebagai jenderal pentagon berkulit sangat matang,” tutur Amelia dalam kesempatan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar