Seorang sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof DR Aminuddin Kasdi MS mengaku menemukan dokumen kecil berisi rencana pemberontakan PKI dengan target untuk mendirikan Negara Komunis di Indonesia, dan menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan isu-isu seolah-olah PKI itu tidak kejam.
“Masyarakat harus tetap waspada dengan isu-isu yang seolah-olah PKI itu tidak kejam, bukan antiagama dan tetap berjuang untuk NKRI,” DR Aminuddin Kasdi MS dalam diskusi kecil di Surabaya, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (14/5/2016).
Menurut peneliti kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 9 Januari 1948, semua isu yang mengaburkan kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) itu tidak didukung bukti historis.
“Saya justru menemukan dokumen kecil berisi rencana pemberontakan PKI dengan target untuk mendirikan Negara Komunis di Indonesia,” tegasnya.
Dokumen yang ditemukan itu berupa buku kecil atau buku saku tentang “ABC Revolusi” yang ditulis Comite Central PKI pada 1957 yang isinya menyebut tiga rencana revolusi atau pemberontakan oleh PKI untuk target Negara Komunis di Indonesia.
“Buku itu justru membuktikan bahwa rencana pemberontakan PKI yang diragukan sejumlah pihak itu ada dokumen historisnya, bahkan dokumen itu merinci tiga tahapan pemberontakan PKI yang semuanya gagal, lalu rumor pun diembuskan untuk mengaburkan fakta,” ujar penulis tesis “Masalah Tanah dan Keresahan Petani di Jawa Timur 1960-1965” dalam diskusi yang dihadiri rekannya, Prof DR Sam Abede Pareno.
Anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia Jawa Timur itu menyatakan, temuan dokumen yang sudah lusuh itu tak terbantahkan.
“Kalau ada orang NU yang dituduh melakukan pembunuhan, itu bukan direncanakan, tapi reaksi balik atas sikap PKI sendiri yang menyebabkan chaos saat itu,” tuturnya.
Mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII/1963-1965), GP Ansor (1965-1968), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI, 1965-1975), dan Muhammadiyah (1976) itu mengungkapkan, sikap PKI memang menyakitkan.
“PKI melakukan provokasi dengan ludruk yang temanya menyakitkan, seperti matinya Tuhan, malaikat yang tidak menikah karena belum dikhitan, dan banyak lagi,” tukasnya.
Oleh karena itu, ia menghimbau masyarakat agar jangan terpengaruh dengan provokasi politik yang didukung sejumlah media massa untuk membesarkan PKI guna mengaburkan sejarah, seperti menunjukkan bahwa orang PKI juga ada yang menciptakan salah satu lagu nasional.
“Kita jangan terpancing dengan sisa-sisa orang PKI di berbagai lini yang berusaha membangkitkan mimpi tentang Negara Komunis melalui media massa, buku-buku dan semacamnya yang seolah-olah benar dengan bersumber testimoni. Ada sisa-sisa PKI bercokol di media,” papar Guru Besar Sejarah Unesa itu.
Testimoni itu mungkin saja benar, dan ia menilai, namun testimoni itu bersumber dari individu-individu yang tidak mengetahui “skenario besar” dari PKI untuk mendirikan Negara Komunis di Indonesia.
“Saya bukan hanya testimoni, saya mempunyai bukti yang sangat gamblang dari dokumen PKI sendiri yang dikeluarkan CC PKI yang dipimpin DN Aidit itu. Jadi, rencana Negara Komunis Indonesia itu fakta historis,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar