Cari Blog Ini

FKPPI: “Perlu Waspada Komunis Gaya Baru Membengkak”

Jakarta – Maraknya komunis gaya baru yang tersebar di Indonesia, dalam menghadapinya, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) bersama Pemuda Pancasila, PPM, Pemuda Muhammadiyah, KBPPP, Front Pancasila, Pemuda Katolik, GAMKI, GBN, Foko TNI-Polri, PPAD, PPAL, PPAU, PP-Polri & FUI mengadakan diskusi publik dengan tema “Lawan Komunis Gaya Baru”.

Acara tersebut dihadiri oleh Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta H. Lulung Lunggana, PP-GP Ansor Adung Abdul Rahman, Pengamat gerakan komunis Alfian Tanjung dan ratusan peserta.

Dalam kesempatannya, Kivlan Zen mengatakan bahwa saat ini ada pihak-pihak yang mau membangkitkan komunis di Indonesia. Apalagi saat ini kondisi Indonesia tak stabil sehingga masyarakat Indonesia harus mewaspadainya.

“Indonesia mau maju, komunis mau menikam lagi, sifat mereka memang seperti itu,”katanya di halaman parkir PP-FKPPI, Jakarta, Rabu (25/05/2016).

Menurut Kivlan, ajaran komunis sudah masuk ke mana-mana, tujuannya ingin balas dendam, apalagi mereka melihat Cina yang berideologi komunis semakin maju.

“China memang punya ideologi komunis. Namun ekonominya kapitalisme sedangkan politiknya diktator sentralistik,” ujar Kivlan.

Ia berharap agar umat Islam baik dari NU, Muhammadiyah, gereja bersatu bergabung menjadi satu menghadapi PKI. Apalagi saat ini, terang Kivlan, pekerja berasal dari tentara Cina ada di mana-mana. Pekerja dari Cina sudah banyak bekerja di pabrik-pabrik.

“Namun TNI dalam posisi siap menghadapi bangkitnya PKI. Jangan sampai PKI bisa balas dendam kembali,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pemuda Panca Marga (PPM)Abraham Lunggana atau lebih dikenal dengan Haji Lulung, mengatakan perang yang dijalankan rakyat Indonesia saat ini sudah berubah.

“Musuh yang dilawan tidak menggunakan senjata konvensional, sehingga tidak bisa dilawan dengan senjata biasa,” katanya.

Lulung menyebut musuh yang hendak melemahkan Indonesia, tidak menunjukkan batang hidungnya secara langsung. Mereka menggunakan perwakilan atau istilahnya adalah proxy war.

“Kita perang asimetris, perang proxy. Nggak bisa lagi sekedar (teriak) lawan-lawan,” ujarnya.

Tidak ada komentar: