Keramahan dan kebaikan Presiden Soekarno tidak hanya dilakukannya di negara Indonesia saja. Sebagai bukti, adalah pidato Imam Besar Masjid Agung St. Petersburg, Zhapar N. Panchaev yang mengenang jasa Presiden Soekarno dan dibacakan di depan Megawati Soekarnoputeri di tahun 2003
Dr. (H. C.) Ir. H. Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia yang memiliki peran penting dalam upaya melepaskan Indonesia baik dari jajahan Belanda maupun Jepang. Soekarno juga memiliki andil dalam besar dalam pembuatan Pancasila yang kemudian dijadikan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain dikenal sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno juga dinobatkan sebagai Bapak Proklamator bersama Mohammad Hatta karena membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945. Berikut adalah biografi Presiden Soekarno yang diulas secara singkat.
Presiden Soekarno Lahir di Surabaya
Pada tahun 2015 kemarin, warga Indonesia sempat dihebohkan oleh pidato Jokowi yang menyebutkan bahwa Blitar adalah tempat lahir Soekarno. Pidato tersebut dibacakan dalam rangka memperingati Hari Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni di Alun-alun Blitar, Jawa Timur. Karena kejadian ini, Sukardi Rinakit selaku penulis pidato presiden meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Berkat kejadian ini, beberapa pemerhati sejarah kemudian menunjukkan bukti bahwa sang proklamator memang lahir di Surabaya. Salah satu bukti adalah catatan dalam buku induk mahasiswa Technische Hogeschool (sekarang ITB Bandung) yang menuliskan data mengenai Soekarno saat kuliah di TH. Soekarno saat itu tertulis sebagai mahasiswa waterbouwkunde atau dalam bahasa Indonesia adalah teknik sipil di bidang pengairan.
Dalam buku induk tersebut tertulis bahwa Raden Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1902 di Surabaya, berbeda dengan catatan sejarah yang terkenal menjadikan tahun 1901 sebagai tahun kelahiran Soekarno. Dalam buku induk mahasiswa itu juga tercatat nama dan pekerjaan ayah Soekarno. Nama ayah Soekarno adalah Raden Sosrodiharjo yang berprofesi sebagai seorang guru (onderwijzer) di Blitar. Sementara itu, nama ibu Soekarno yang dikenal dengan nama Ida Ayu Nyoman Rai, tercatat dalam buku induk dengan nama Ida Nyomanaka. Buku induk mahasiswa ITB ini tentu saja merupakan bukti kuat mengenai kota kelahiran sang proklamator.
Pendidikan dan Organisasi Politik yang Diikuti Presiden Soekarno
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung saat tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo hingga akhirnya Soekarno pindah bersama keluarganya ke Mojokerto. Kemudian, Soekarno bersekolah di Eerste Inlandse School dan pindah lagi ke Europeesche Lagere School (ELS). Hal tersebut dilakukan ayahnya agar Soekarno dapat dengan mudah diterima di Hoogere Burger School.
Di tahun 1915, Soekarno lulus dari HBS dan melanjutkan studinya di Jawa timur. Di kota inilah kemudian beliau mengenal pemimpin Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto. Semangat nasionalisme Soekarno semakin memuncak dan mulai aktif dalam Tri Koro Darmo yang kemudian diganti dengan nama Jong Java (Pemuda Jawa).
Setelah tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan sekolah ke Technische Hoge School dan bertempat tinggal di rumah Haji Sanusi yang merupakan sahabat dari Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi-lah kemudian Soekarno mengenal Ki Hajar Dewantara, Dr. Douwes Dekker, serta Tjipto Mangunkusumo. Mereka adalah tiga serangkai yang memimpin organisasi National Indische Partij.
Di tahun 1926, Soekarno membentuk Algemene Studie Club yang terinspirasi dari Indonesische Studie Club pimpinan Dr Soetomo. Algemene Studie Club ini adalah awal mula terbentuknya Partai Nasional Indonesia. Di tahun 1929, Soekarno dipenjara Belanda terkait dengan aktivitas PNI dan dipindahkan ke Sukamiskin di tahun 1930.
Soekarno bebas pada 31 Desember 1931 dan segera bergabung dengan Partindo yang membuatnya kembali ditangkap dan diasingkan hingga ke Flores. Di tahun 1938-1942, Soekarno kembali diasingkan ke Bengkulu. Soekarno dibebaskan di tahun 1942, pada saat Jepang menduduki Indonesia.
Setelah bebas, Soekarno mulai giat membuat persiapan terkait kemerdekaan Indonesia. Misalnya, merumuskan UUD 1945, Pancasila, naskah proklamasi serta dasar-dasar pemerintahan negara Indonesia. Pada bulan Agustus 1945, Soekarno menemui Marsekal Terauchi di Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa Indonesia berhak merdeka dan seluruh urusan proklamasi menjadi tanggung jawab rakyat Indonesia.
Sepulang Soekarno dari Vietnam, terjadilah peristiwa Rengasdengklok yang melibatkan para tokoh pemuda PETA. Karena terjadi kevakuman kekuasaan, para pemuda mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Akhirnya di tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya. Teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia dan dibacakan di depan warga Indonesia yang sejak pagi sudah memenuhi rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Soekarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta. Beliau dimakamkan di samping pusara sang ibu di Blitar, Jawa Timur. Sepeninggal Presiden Soekarno, pemerintah menetapkan masa berduka selama tujuh hari untuk mengenang segala jasa dan perjuangannya bagi kemerdekaan Indonesia.
Jasa Presiden Soekarno Tidak Hanya di Dalam Negeri
Keramahan dan kebaikan Presiden Soekarno tidak hanya dilakukannya di negara Indonesia saja. Sebagai bukti, adalah pidato Imam Besar Masjid Agung St. Petersburg, Zhapar N. Panchaev yang mengenang jasa Presiden Soekarno dan dibacakan di depan Megawati Soekarnoputeri di tahun 2003.
Lima puluh tahun yang lalu, dalam kunjungan kenegaraan Indonesia ke Uni Soviet di bulan Agustus-September 1956, Soekarno yang selesai mengunjungi pabrik-pabrik di Leningrad melihat sebuah bangunan biru yang memiliki kubah saat melewati Trinity Bridge. Bangunan tersebut memang semula adalah masjid yang dialihfungsikan menjadi gudang obat-obatan selama Perang Dunia II.
Masjid Agung Leningrad (kini berganti nama Masjid Agung St. Petersburg) juga dikenal sebagai masjid biru tersebut merupakan masjid yang dibangun atas izin Tsar Nicholas II di tahun 1910. Di bawah kepemimpinan arsitek Nikolai Vasilyevich, masjid ini dibangun dengan perpaduan budaya timur dan mozaik warna biru pada gerbang masjid, kubah, mihrab serta menara.
Soekarno yang sedih melihat masjid indah tersebut dijadikan gudang, meminta Khruschev untuk mengembalikan fungsinya sebagai masjid kembali. Sepulang Soekarno ke Indonesia, datang utusan Kremlin yang menyatakan bahwa Masjid Agung leningrad bisa digunakan lagi sebagai masjid. Muslim di St. Petersburg selalu mengenang jasa Soekarno hingga saat ini.
Demikianlah sedikit ulasan mengenai biografi Presiden Soekarno yang patut dihormati dan diteladani hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar