Cari Blog Ini

KRI IRIAN – Sebuah Simbol, Betapa Indonesia Pernah Berjaya di Laut dan Menjadi Macan Asia yang Ditakuti

Kapal yang memiliki nama Asli Ordzhonikidze atau Object 55 ini merupakan sebuah kapal penjelajah yang berukuran super besar, yaitu dengan panjang 210 meter, lebar 22 meter, dan bobot seberat 13.600 ton. Kapal ini mampu memuat awak kapal sebanyak 1250 orang.


 KRI Irian, kapal perang nan gagah ini pernah menjadi “Macan Asia” dan simbol kejayaan militer Indonesia di era tahun 1960-an. Keberadaannya mampu menciutkan nyali Hr. Ms. Karel Dorman, kapal Induk Kerajaan Belanda, dan kekuatan politisnya sempat mengintimidasi Amerika untuk memaksa Belanda hengkang dari tanah Papua. Meski hingga masa pensiunnya kapal ini tidak pernah digunakan untuk berperang dan berakhir dalam ketidakjelasan, namun KRI Irian pernah berjasa membantu mempertahankan kedaulatan dan kesatuan Republik Indonesia.

Latar Belakang Pembelian KRI IRIAN

Setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno sadar betul bahwa sebagai negara kepulauan yang sangat besar, Indonesia harus memiliki kekuatan bahari yang tangguh. Terlebih saat itu kondisi Indonesia masih belum sepenuhnya Aman. Belanda dan sekutu masih menggerecoki kedaulatan RI dan berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di negeri ini.

Perebutan Wilayah Irian Barat & Operasi Trikora

Klaim Belanda terhadap Irian Barat sebagai bagian dari kekuasaannya, setelah proklamasi RI dideklarasikan, memaksa Soekarno mengeluarkan TRIKORA, yaitu komando perlawanan untuk membebaskan Irian Barat dan mengembalikannya ke dalam kedaulatan Republik Indonesia.

Ketika upaya diplomasi sama sekali tidak membuahkan hasil, Indonesia pun mulai melancarkan beberapa kali serangan ke wilayah tersebut. Strategi infiltrasi/penyusupan pertama gagal sehingga menenggelamkan KRI Macan Tutul dan menewaskan sejumlah pasukan, termasuk Komodor Yos Sudarso.

Permohonan Bantuan Peralatan Perang dari Uni Sovyet

Untuk membalas kekalahan tersebut, Indonesia kemudian menyiapkan serangan lanjutan berupa strategi eksploitasi dengan mengerahkan seluruh keukuatan militer yang dimiliki. Dan  untuk menambah kekuatan dan mendapatkan dukungan yang besar, pada tahun 1962, Indonesia pun mendekati poros timur sebagai salah satu kekuatan besar dunia di era perang dingin tersebut.

Dalam angin politik “mencari teman”, permohohonan bantuan Indonesia diterima dengan tangan terbuka oleh Uni Sovyet. Mereka pun menawarkan pembelian sejumlah peralatan perang senilai 2,5 Miliar dolar Amerika dengan sistem pembayaran jangka panjang.

Tidak tanggung-tanggung, peralatan tempur yang ditawarkan adalah perlengkapan kelas dunia, salah satunya sebuah kapal perang raksasa Sverdlov yang kemudian diberi nama KRI IRIAN.

Keistimewaan Kapal Sverdlov yang menjadi Macan Asia

Selain spesifikasi dan performanya yang luar biasa di masa tersebut, KRI IRIAN begitu Istimewa bagi Indonesia, karena keberadaannya mendukung Indonesia menjadi negara di belahan bumi selatan yang memiliki angkatan perang paling kuat.

Jumlahnya terbatas dan dijual secara eksklusif hanya kepada Indonesia

Kapal penjelajah buatan Uni Sovyet ini dibuat terbatas, hanya 14 buah di dunia. Sebelumnya, Uni Sovyet hanya menjual kapal tersebut ke dua negara yaitu Indonesia dan India. Itu sebabnya kapal ini begitu eksklusif dan menjadi simbol politis persahabatan antara Indonesia dan Uni Sovyet/Rusia di era perang dingin.

Spesifikasi dan Performa 

Kapal yang memiliki nama Asli Ordzhonikidze atau Object 55 ini merupakan sebuah kapal penjelajah yang berukuran super besar, yaitu dengan panjang 210  meter, lebar 22 meter, dan bobot seberat 13.600 ton. Kapal ini mampu memuat awak kapal sebanyak 1250 orang.

KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap sebagai tenaga penggeraknya. Total tenaga yang dihasilkan adalah sebesar 110.000 – 122.000 Hp pada masing-masing shaft-nya. Kekuatan ini mampu mendorong kapal hingga kecepatan maksimal 32,5 knot, dengan jarak tempuh maksimal sejauh 9000 mil laut.

Di masa tersebut kapal ini terbilang sangat canggih. Selain  karena tampilannya yang kokoh dan tenaga penggeraknya yang amat besar, ia juga dilengkapi dengan teknologi yang mutakhir dan persenjataan pendukung perang yang lengkap, seperti:

4 buah kubah/turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi di bagian geladaknya. 10 buah tabung torpedo untuk menghalau kapal selam dengan kaliber 533mm.Kanon tipe57cal. B-38 kaliber 15,2cm sebanyak 12 buah, yang ditempatkan masing-masing sebanyak 6 buah di bagian depan dan belakang kapal.12 kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM 5-1 kaliber 10 cm32 buah kanon multi fungsi, dengan kaliber 3,7cm4 buah triple gun MK5-bis kaliber 20mm yang bisa digunakan untuk menghalau serangan udara.Selain itu, kapal ini juga memiliki perlengkapan radar yang lengkap, landasan helikopter, dan sebuah hangar. 

Dampak Politis Pembelian KRI IRIAN 

Pembelian perlengkapan perang—khususnya kapal perang KRI IRIAN—dari Uni Sovyet, semakin mengokohkan supremasi militer Indonesia di mata internasional.

Meskipun belum pernah digunakan secara langsung untuk berperang, namun keberadaan KRI IRIAN cukup membuat gentar kapal-kapal Asing, Khususnya Kapal Induk Kerajaan Belanda—Hr. Ms. Karel Doorman.

Kapal ini memutuskan untuk mundur dan menyingkir untuk menghindari terjadinya kontak senjata langsung. Mereka tidak berani berspekulasi untuk melawan kapal dengan kekuatan besar yang dimiliki KRI IRIAN.

Kedekatan istimewa antara Indonesia dan Uni Sovyet/Rusia menjadi sorotan khusus Amerika dan pihak sekutu yang saat itu mendukung pergerakan Belanda untuk menguasai kembali Tanah Air Indonesia.

Amerika cukup khawatir dengan keterlibatan blok timur dalam perebutan Irian Barat, itu sebabnya Amerika mendesak Belanda untuk mengadakan perundingan yang akhirnya menghasilkan “Persetujuan new York”. Perundingan tersebut menghasilkan keputusan bahwa Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).

Akhir Cerita KRI IRIAN

Kejayaan KRI Irian tidak dibarengi dengan akhir yang gagah. Setelah pergantian rezim Orde baru, pemerintahan Suharto tidak menaruh perhatian khusus pada kapal perang mahal yang pernah berjasa Ini.

Dengan alasan biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup tinggi, berikut kendala teknisi khusus yang hanya ada di Rusia, kapal perang ini akhirnya terbengkalai begitu saja. Hingga saat ini kondisi akhir dan keberadaan kapal sebesar itu tidak bisa dilacak.

Ada beberapa spekulasi yang beredar di masyarakat, mulai dari dijualnya kapal tersebut ke Taiwan sebagai besi tua, dijual ke Jepang setelah senjatanya dilucuti, hingga dicegat oleh Uni Sovyet agar kapal tersebut tidak pernah jatuh ke tangan Barat, karena ada teknologi rahasia yang disembunyikan oleh pihak pembuatnya.

Demikianlah sejarah tentang KRI IRIAN, sebuah legenda kapal perang raksasa yang pernah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan armada laut terbesar di Asia. Semoga bermanfaat.


 

Tidak ada komentar: