Cari Blog Ini

Kerajaan Majapahit (1293-1527) dan Jejak Imperium Terbesar di Nusantara

Berdasarkan sejarah pembentukannya, Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Di masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Sumatra, Semenanjung Malaya, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Singapura dan sebagian kepulauan Filipina.


Kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Jawa Timur ini memiliki kekuasaan yang amat luas membentang dari Sumatra hingga bagian timur Indonesia. Kemashuran Imperium dan kemampuannya mengelola perdagangan membuatnya dikenal luas dan bermitra dengan banyak negara. Peradaban Majapahit  menjadi contoh gemilang kejayaan Indonesia di masa lalu dan menjadi rujukan atas simbol-simbol formal kenegaraan hingga saat ini.      

Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit

Dalam upaya perluasan kekuasaan yang dilakukan Mongolia pada tahun 1260-1294, kaisar Kubilai Khan yang memerintah di Beijing merasa tertarik dengan dengan Kerajaan Singasari yang merupakan kerajaan terkuat di Jawa saat itu. 

Khan kemudian mengirimkan utusannya untuk memberikan pengaruh dan menuntut sejumlah upeti kepada kepada kerajaan tersebut. 

Kertanegara, Raja Singasari saat itu, menolak mengakui kekuasaan Mongol dan enggan memberikan upeti yang diminta. Ia bahkan menyiksa dan mengirim pulang utusan tersebut ke Beijing. Merasa terhina, Kubilai Khan kemudian mengirimkan kembali pasukannya pada tahun 1293.

Di kedatangannya ke-2 ternyata Kertanegara telah tewas digulingkan oleh Jayakatwang dari kerajaan Kediri. Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara memanfaatkan dan mengelabui kedatangan pasukan tersebut untuk menyerang Kediri, yang disangka masih kerajaan Singasari.  

Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya kemudian berbalik menyerang pasukan Mongol yang telah menjadi sekutunya. Pasukan tersebut kalah dan akhirnya kembali ke Mongol.  Di tahun yang sama, Raden Wijaya pun mendirikan kerajaan baru bernama Majapahit, dan menjadi raja pertama yang bergelar “Kertarajasa Jayawardhana”. 

Raja-Raja Majapahit

Di awal pemerintahannya, kerajaan Majapahit mengalami banyak pergolakan. Kepemimpinan Raden Wijaya/Kertarajasa berakhir hingga akhir hayatnya pada tahun 1309. Kekuasaan Majapahit kemudian diberikan kepada putranya, Jayanegara.

Kepemimpinan Jayanegara tidak berlangsung lama, Dia dibunuh pada tahun 1328 dan pemerintahannya diambil alih oleh ibu tirinya Rajapatni. Karena memutuskan untuk menjadi seorang Bikshuni, Rajapatni kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh anak perempuannya yang bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Di masa pemerintahan Tribuwana, pada tahun 1336, ditunjukklah seorang mahapatih bernama Gajah Mada. Dengan bantuannya, kerajaan Majapahit berkembang pesat dan mampu menguasai banyak wilayah.

Tribuwana berkuasa hingga tahun 1350. Ia kemudian menunjuk putranya Hayam Wuruk sebagai penggantinya. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, kekuasaan Majapahit meluas ke berbagai penjuru nusantara dan mencapai masa-masa keemasan. 

Berikut ini adalah daftar nama raja-raja Majapahit dari awal hingga masa keruntuhannya.


Tahun Berkuasa    Nama Raja        Gelar

1293-1309              Raden Wijaya    Kertarajasa Jayawardhana

1309-1328              Kalagamet         Sri Jayanegara

1328-1350              Sri Gitaraja        Tribhuwana Wijayatunggadewi

1350-1389              Hayam Wuruk    Sri Rajasanagara

1389-1429             Wikramardhana  tidak ada keterangan

1429-1447             Suhita                   Dyah Ayu Kencana Wungu

1447-1451             Kertawijaya          Brawijaya I

1451-1453             Rajasawardhana Brawijaya II

1456-1466         Purwawisesa/Girishawardhana  Brawijaya III

1466-1468        Bhre Pandansalas/Suraprabawa  Brawijaya IV

1468-1478        Bhre Kertabumiv      Brawijaya V

1478-1498        Girindrawardhana    Brawijaya VI

1498-1518        Patih Udara               tidak ada keterangan

Tata Kerajaan Majapahit

Tata kerajaan Majapahit—termasuk berbagai aspek kehidupan bangsanya—banyak diceritakan dalam Pararaton atau kitab raja-raja, Nagarakertagama yang berisi puisi jawa kuno yang banyak menggambarkan sejarah dan kebudayaan Majapahit, serta prasasti-prasasti peninggalan kerajaan tersebut. 

Wilayah Kekuasaan  & Sistem Administrasi Pemerintahan

Berdasarkan sejarah pembentukannya, Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Di masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Sumatra, Semenanjung Malaya, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Singapura dan sebagian kepulauan Filipina. 

Peta wilayah kekuasaan Majapahit bahkan digunakan sebagai acuan batas politik negara Indonesia saat ini.

Pola kesatuan politik yang diterapkan di Majapahit ditentukan oleh pusat, dengan unit-unit bawahan yang tidak terintegrasi secara berkelanjutan. Konsep ini disebut sebagai “Mandala”, dengan sistem kawasan administratif sebagai berikut:

Negara Agung, yaitu inti kerajaan mencakup ibu kota dan sekitarnya. Area ini meliputi setengah dari wilayah Jawa bagian Timur, dan semua propinsi yang dikelola oleh para bangsawan/Bhre yang merupakan kerabat raja.Mancanegara. Area ini melingkupi atau berada di sekitar kawasan Negara Agung dan biasanya dikuasai oleh bangsawan/raja pribumi yang membentuk persekutuan melalui proses konsolidasi atau pernikahan. Wilayahnya mencakup Jawa, Madura, Bali, Pagaruyung, Dharmasraya, dan beberapa daerah di Sumatra seperti Lampung dan Palembang. Nusantara. Area ini merupakan hasil penaklukan di kepulauan nusantara. kawasan ini menjalankan pemerintahannya dalam bentuk otonomi luas dengan sistem pajak/upeti secara berkala. Wilayahnya mencakup Maluku, Kepulauan Nusa tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. 

Di luar 3 wilayah administratif utama, terdapat pula kawasan mitra, yang disebut “Mitreka Satata”. Kawasan ini merupakan negara independen yang memiliki tatanan yang sama atau dianggap setara oleh Majapahit, seperti Campa, Kamboja, Siam, Vietnam, serta Birma bagian Selatan. Dalam kaitannya dengan urusan perdagangan dan komunikasi politik lainnya, Majapahit bahkan memiliki sejumlah perwakilan di Cina.

Sistem Perekonomian & Perdagangan

Sebagai negara agraris yang berbentuk kepulauan, sumber perekonomian utama Majapahit diperoleh dari hasil pertanian, peternakan, dan perdagangan. Beberapa spesialisasi karir lain yang tercatat dalam prasasti peninggalan Majapahit di antaranya adalah penjagal dan penjual daging, penjual minuman, serta pengerajin emas & perak.

Di abad ke 13-15, perekonomian di Majapahit bisa dikatakan cukup kompleks, perputaran uang mencakup transaksi besar dan kecil. 

Hal ini terlihat dari sistem moneter yang digunakan. Selain mata uang emas dan perak untuk perdagangan dan pajak, mereka juga menggunakan keping uang tembaga yang disebut kepeng. Uang ini memiliki nilai nominal kecil sehingga dapat digunakan digunakan untuk aktivitas ekonomi sehari-hari.  

Dalam hal perdagangan, ada beberapa komoditi utama yang diekspor oleh kerajaan Majapahit, yaitu lada, garam, kain, dan burung kakaktua. Namun demikian kerajaan ini juga mengimpor beberapa komoditi dari luar negeri, seperti emas, perak, mutiara, sutra, dan beberapa produk berbahan dasar logam lainnya.

Pelabuhan-pelabuhan berperan penting dalam perekonomian Majapahit. Tercatat ada 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyebrangan di dalam negeri. Di sanalah tempat penarikan pajak atas berbagai komoditas yang melintas. 

Kebudayaan Majapahit 

Kebudayaan Majapahit digambarkan dalam Negarakertagama sebagai kerajaan yang memiliki citarasa seni dan sastra yang tinggi. 

Di masa tersebut, banyak dibuat bangunan dan candi-candi berkualitas. Beberapa yang masih bisa ditemui di antaranya adalah Candi tikus, Gapura Bajang Ratu di Mojokerto, serta Gerbang Terbelah Candi Bentar. 

Majapahit meninggalkan pengaruh dan inspirasi pada arsitektur bangunan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah bentuk-bentuk gapura beratap tinggi, tata letak istana/pura, serta konsep pendopo.

Hasil budaya lainnya adalah berupa senjata, seperti keris, tombak, dan meriam sederhana yang disebut Cetbang.

Runtuhnya sang Penguasa Nusantara

Selama 3 abad (abad 13-15), Kerajaan Majapahit mampu mengelola pemerintahan dan memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah timur Indonesia. Puncak kejayaan Majapahit di masa pemerintahan Hayam Wuruk di abad ke-14 berangsur melemah seiring dengan semakin meluasnya konflik perebutan tahta kekuasaan.

Masuknya pengaruh Islam ke kerajaan Majapahit

Di masa pemerintahan Wikramawardhana, Serangkaian ekspedisi laut Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming yang beragama Islam membuka jalan dan menjadi pijakan masuknya komunitas muslim di beberapa kota pelabuhan Majapahit seperti Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel. 

Perang saudara melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di negeri seberang. Di saat yang bersamaan, Kesultanan Malaka—sebuah kerajaan perdagangan baru yang berlandaskan Islam— mulai melebarkan kekuasaannya di Sumatra.

Satu per satu daerah koloni Majapahit melepaskan diri. Gugurnya Bhre Kertabumi (Raja ke-11) dalam serangkaian upaya perebutan kekuasaan menjadi masa berakhirnya kemaharajaan Majapahit. 

Perpindahan kekuasaan dari penguasa Hindu ke kerajaan Islam Demak

Pada awal tahun 1518, di bawah pimpinan Raden Patah, kerajaan Demak berhasil menjatuhkan Daha yang akhirnya mengakhiri kekuasaan kerajaan Majapahit. Demak memastikan posisinya sebagai kerajaan islam pertama di tanah Jawa. 

Seiring dengan bermigrasinya masyarakat hindu Majapahit, yang kebanyakan merupakan anggota kerajaan, abdi negara, pendeta, seniman, dan penduduk lokal, ke wilayah pegunungan dan Pulau Bali, perlahan Islam pun mulai menyebar di pulau Jawa.


 

Tidak ada komentar: