Berdasarkan sejarah pembentukannya, Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Di masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Sumatra, Semenanjung Malaya, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Singapura dan sebagian kepulauan Filipina.
Kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Jawa Timur ini memiliki kekuasaan yang amat luas membentang dari Sumatra hingga bagian timur Indonesia. Kemashuran Imperium dan kemampuannya mengelola perdagangan membuatnya dikenal luas dan bermitra dengan banyak negara. Peradaban Majapahit menjadi contoh gemilang kejayaan Indonesia di masa lalu dan menjadi rujukan atas simbol-simbol formal kenegaraan hingga saat ini.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit
Dalam upaya perluasan kekuasaan yang dilakukan Mongolia pada tahun 1260-1294, kaisar Kubilai Khan yang memerintah di Beijing merasa tertarik dengan dengan Kerajaan Singasari yang merupakan kerajaan terkuat di Jawa saat itu.
Khan kemudian mengirimkan utusannya untuk memberikan pengaruh dan menuntut sejumlah upeti kepada kepada kerajaan tersebut.
Kertanegara, Raja Singasari saat itu, menolak mengakui kekuasaan Mongol dan enggan memberikan upeti yang diminta. Ia bahkan menyiksa dan mengirim pulang utusan tersebut ke Beijing. Merasa terhina, Kubilai Khan kemudian mengirimkan kembali pasukannya pada tahun 1293.
Di kedatangannya ke-2 ternyata Kertanegara telah tewas digulingkan oleh Jayakatwang dari kerajaan Kediri. Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara memanfaatkan dan mengelabui kedatangan pasukan tersebut untuk menyerang Kediri, yang disangka masih kerajaan Singasari.
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya kemudian berbalik menyerang pasukan Mongol yang telah menjadi sekutunya. Pasukan tersebut kalah dan akhirnya kembali ke Mongol. Di tahun yang sama, Raden Wijaya pun mendirikan kerajaan baru bernama Majapahit, dan menjadi raja pertama yang bergelar “Kertarajasa Jayawardhana”.
Raja-Raja Majapahit
Di awal pemerintahannya, kerajaan Majapahit mengalami banyak pergolakan. Kepemimpinan Raden Wijaya/Kertarajasa berakhir hingga akhir hayatnya pada tahun 1309. Kekuasaan Majapahit kemudian diberikan kepada putranya, Jayanegara.
Kepemimpinan Jayanegara tidak berlangsung lama, Dia dibunuh pada tahun 1328 dan pemerintahannya diambil alih oleh ibu tirinya Rajapatni. Karena memutuskan untuk menjadi seorang Bikshuni, Rajapatni kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh anak perempuannya yang bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Di masa pemerintahan Tribuwana, pada tahun 1336, ditunjukklah seorang mahapatih bernama Gajah Mada. Dengan bantuannya, kerajaan Majapahit berkembang pesat dan mampu menguasai banyak wilayah.
Tribuwana berkuasa hingga tahun 1350. Ia kemudian menunjuk putranya Hayam Wuruk sebagai penggantinya. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, kekuasaan Majapahit meluas ke berbagai penjuru nusantara dan mencapai masa-masa keemasan.
Berikut ini adalah daftar nama raja-raja Majapahit dari awal hingga masa keruntuhannya.
Tahun Berkuasa Nama Raja Gelar
1293-1309 Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana
1309-1328 Kalagamet Sri Jayanegara
1328-1350 Sri Gitaraja Tribhuwana Wijayatunggadewi
1350-1389 Hayam Wuruk Sri Rajasanagara
1389-1429 Wikramardhana tidak ada keterangan
1429-1447 Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu
1447-1451 Kertawijaya Brawijaya I
1451-1453 Rajasawardhana Brawijaya II
1456-1466 Purwawisesa/Girishawardhana Brawijaya III
1466-1468 Bhre Pandansalas/Suraprabawa Brawijaya IV
1468-1478 Bhre Kertabumiv Brawijaya V
1478-1498 Girindrawardhana Brawijaya VI
1498-1518 Patih Udara tidak ada keterangan
Tata Kerajaan Majapahit
Tata kerajaan Majapahit—termasuk berbagai aspek kehidupan bangsanya—banyak diceritakan dalam Pararaton atau kitab raja-raja, Nagarakertagama yang berisi puisi jawa kuno yang banyak menggambarkan sejarah dan kebudayaan Majapahit, serta prasasti-prasasti peninggalan kerajaan tersebut.
Wilayah Kekuasaan & Sistem Administrasi Pemerintahan
Berdasarkan sejarah pembentukannya, Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Di masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit mencakup Sumatra, Semenanjung Malaya, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Singapura dan sebagian kepulauan Filipina.
Peta wilayah kekuasaan Majapahit bahkan digunakan sebagai acuan batas politik negara Indonesia saat ini.
Pola kesatuan politik yang diterapkan di Majapahit ditentukan oleh pusat, dengan unit-unit bawahan yang tidak terintegrasi secara berkelanjutan. Konsep ini disebut sebagai “Mandala”, dengan sistem kawasan administratif sebagai berikut:
Negara Agung, yaitu inti kerajaan mencakup ibu kota dan sekitarnya. Area ini meliputi setengah dari wilayah Jawa bagian Timur, dan semua propinsi yang dikelola oleh para bangsawan/Bhre yang merupakan kerabat raja.Mancanegara. Area ini melingkupi atau berada di sekitar kawasan Negara Agung dan biasanya dikuasai oleh bangsawan/raja pribumi yang membentuk persekutuan melalui proses konsolidasi atau pernikahan. Wilayahnya mencakup Jawa, Madura, Bali, Pagaruyung, Dharmasraya, dan beberapa daerah di Sumatra seperti Lampung dan Palembang. Nusantara. Area ini merupakan hasil penaklukan di kepulauan nusantara. kawasan ini menjalankan pemerintahannya dalam bentuk otonomi luas dengan sistem pajak/upeti secara berkala. Wilayahnya mencakup Maluku, Kepulauan Nusa tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Di luar 3 wilayah administratif utama, terdapat pula kawasan mitra, yang disebut “Mitreka Satata”. Kawasan ini merupakan negara independen yang memiliki tatanan yang sama atau dianggap setara oleh Majapahit, seperti Campa, Kamboja, Siam, Vietnam, serta Birma bagian Selatan. Dalam kaitannya dengan urusan perdagangan dan komunikasi politik lainnya, Majapahit bahkan memiliki sejumlah perwakilan di Cina.
Sistem Perekonomian & Perdagangan
Sebagai negara agraris yang berbentuk kepulauan, sumber perekonomian utama Majapahit diperoleh dari hasil pertanian, peternakan, dan perdagangan. Beberapa spesialisasi karir lain yang tercatat dalam prasasti peninggalan Majapahit di antaranya adalah penjagal dan penjual daging, penjual minuman, serta pengerajin emas & perak.
Di abad ke 13-15, perekonomian di Majapahit bisa dikatakan cukup kompleks, perputaran uang mencakup transaksi besar dan kecil.
Hal ini terlihat dari sistem moneter yang digunakan. Selain mata uang emas dan perak untuk perdagangan dan pajak, mereka juga menggunakan keping uang tembaga yang disebut kepeng. Uang ini memiliki nilai nominal kecil sehingga dapat digunakan digunakan untuk aktivitas ekonomi sehari-hari.
Dalam hal perdagangan, ada beberapa komoditi utama yang diekspor oleh kerajaan Majapahit, yaitu lada, garam, kain, dan burung kakaktua. Namun demikian kerajaan ini juga mengimpor beberapa komoditi dari luar negeri, seperti emas, perak, mutiara, sutra, dan beberapa produk berbahan dasar logam lainnya.
Pelabuhan-pelabuhan berperan penting dalam perekonomian Majapahit. Tercatat ada 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyebrangan di dalam negeri. Di sanalah tempat penarikan pajak atas berbagai komoditas yang melintas.
Kebudayaan Majapahit
Kebudayaan Majapahit digambarkan dalam Negarakertagama sebagai kerajaan yang memiliki citarasa seni dan sastra yang tinggi.
Di masa tersebut, banyak dibuat bangunan dan candi-candi berkualitas. Beberapa yang masih bisa ditemui di antaranya adalah Candi tikus, Gapura Bajang Ratu di Mojokerto, serta Gerbang Terbelah Candi Bentar.
Majapahit meninggalkan pengaruh dan inspirasi pada arsitektur bangunan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah bentuk-bentuk gapura beratap tinggi, tata letak istana/pura, serta konsep pendopo.
Hasil budaya lainnya adalah berupa senjata, seperti keris, tombak, dan meriam sederhana yang disebut Cetbang.
Runtuhnya sang Penguasa Nusantara
Selama 3 abad (abad 13-15), Kerajaan Majapahit mampu mengelola pemerintahan dan memperluas kekuasaannya hingga ke wilayah timur Indonesia. Puncak kejayaan Majapahit di masa pemerintahan Hayam Wuruk di abad ke-14 berangsur melemah seiring dengan semakin meluasnya konflik perebutan tahta kekuasaan.
Masuknya pengaruh Islam ke kerajaan Majapahit
Di masa pemerintahan Wikramawardhana, Serangkaian ekspedisi laut Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming yang beragama Islam membuka jalan dan menjadi pijakan masuknya komunitas muslim di beberapa kota pelabuhan Majapahit seperti Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel.
Perang saudara melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di negeri seberang. Di saat yang bersamaan, Kesultanan Malaka—sebuah kerajaan perdagangan baru yang berlandaskan Islam— mulai melebarkan kekuasaannya di Sumatra.
Satu per satu daerah koloni Majapahit melepaskan diri. Gugurnya Bhre Kertabumi (Raja ke-11) dalam serangkaian upaya perebutan kekuasaan menjadi masa berakhirnya kemaharajaan Majapahit.
Perpindahan kekuasaan dari penguasa Hindu ke kerajaan Islam Demak
Pada awal tahun 1518, di bawah pimpinan Raden Patah, kerajaan Demak berhasil menjatuhkan Daha yang akhirnya mengakhiri kekuasaan kerajaan Majapahit. Demak memastikan posisinya sebagai kerajaan islam pertama di tanah Jawa.
Seiring dengan bermigrasinya masyarakat hindu Majapahit, yang kebanyakan merupakan anggota kerajaan, abdi negara, pendeta, seniman, dan penduduk lokal, ke wilayah pegunungan dan Pulau Bali, perlahan Islam pun mulai menyebar di pulau Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar