Diambil dari sumber buku ‘Sang Elang: Seuntai Cerita Pertempura H AS Hananjudin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI’ karya Haril M Andersen, pasukan Detasemen Udara Parigi pimpinan Opsir Muda Udara III Hananjudin mengalami kejadian misterius dihadang seribu Pasukan Hantu.
Kejadian peristiwanya pada Januari 1949 atau beberapa pekan pasca-Belanda melancarkan Agresi Militer II (19 Desember 1948). Gara-garanya, pasukan Hananjudin akan memutus sebuah jembatan tua di Lembah Watulimo dengan peledak.
Misinya yaitu, demi menghambat laju pergerakan tentara Belanda. Tapi ternyata dalam beberapa percobaan awal para anak buahnya, peledak yang ditanam tak kunjung meletup, hingga harus kembali untuk melapor pada Hananjudin di markas.
Hananjudin pun coba mendatangi seorang tokoh desa setempat untuk mengetahui, apakah memang jembatan itu ada yang “melindungi”? Ternyata iya. Hananjudin pun diminta untuk puasa dan bermunajat
kepada Allah SWT jika ingin kerajaan gaib yang melindungi jembatan itu bisa dipindah.
Menganggap kejadian itu tidak masuk akal, Hananjudin memilih mendatangi sendiri jembatan itu bersama beberapa anak buahnya. Perasaan ‘ngeri’ mulai menghinggapi pasukannya lantaran hari juga sudah beranjak gelap.
Keadaan makin mencekam dan horor saat melewati hutan Watulimo yang acap disebutkan warga lokal desa lain sebagai tempat yang angker. “Maaf, ndan (komandan) sebaiknya kita urungkan rencana malam ini,” ucap M Yahya, salah satu anak buah Hananjudin.
Ketika ditanya mengapa, ternyata anak buahnya pada ketakutan. “Kalau kalian takut, kembali saja ke markas! Biar saya sendiri yang pergi ke jembatan!” seruan Hananjudin.
Melihat komandannya berang, anak buahnya tetap mencoba mengikuti Hananjudin dari belakang. Tapi baru saja mau mengikuti, mereka sudah kabur pontang-panting karena melihat sepasukan besar berbaris menjuruskan bedil kunonya pada mereka.
Hananjudin sendiri tidak sadar sudah ditinggal kabur anak buahnya. Mereka yang begitu gagah pantang mundur sejengkal pun saat meladeni tentara Belanda, anehnya baru kali ini langsung ‘ngacir’ saat dihadang tentara berseragam militer jawa kuno yang terkesan gaib.
Sambil Hananjudin yang meneruskan langkahnya, baru sadar dia ditinggal sendiri saat dikepung seribu pasukan misterius itu. Kendati sempat merinding, namun demikian Hananjudin memberanikan diri berseru kepada Pasukan Hantu itu setelah sejenak beristighfar.
Baca juga Siapakah Sosok Yang Dinilai Potensial Gantikan Gatot Jadi Panglima TNI?
“Assalamualaikum! Saya Hananjudin, Komandan Pertahanan dari wilayah Watulimo. Kami bermaksud baik menyelamatkan rakyat dan alam daerah ini dari penjajah Belanda. Bantulah perjuangan kami menegakkan kemerdekaan Indonesia. Saya yakin kalian di pihak kami karena perjuangan sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang, sejak zaman Sultan Agung Raja Mataram. Kami hanya ingin melanjutkan cita-cita Beliau. Saya meminta kalian memaklumi kami memutus jembatan penghubung desa ini demi keselamatan rakyat Watulimo. Terima kasih atas perhatiannya, Assalamualaikum!”
Tidak berlama-lama sesudah seruan tersebut, Pasukan Hantu tersebut sekonyong-konyong hilang. Esoknya, anak buah Hananjudin melanjutkan upaya peledakan jembatan. Uniknya dalam percobaan pertama, bom yang dirakit dan ditanam meledak dan langsung merobohkan jembatan tua itu.
Dikutip dari: okezone.com buku “Sang Elang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar